PELAKU OLAHRAGA, JENIS FASILITAS SERTA FAKTOR PENYEBAB CIDERA PADA OLAHRAGA 
Jenis dan pembagian fasilitas olahraga terbagi atas fasilitas dalam dan luar ruangan, hal itu pun tidak lepas dari factor penyebab cideranya atlit akan segala bentuk kekurangan atau kelemahan fasilitas pendukung serta kewaspadaaan sang atlit tersendiri. Berikut jenis fasilitas serta factor penyebab cideranya karena fasilitas :
 a)   Stadion
Stadion merupakan tempat berlangsungnya segala aktivitas olahraga sebagai pusat dari cabang olahraga sepak bola, rugby, softball dan lain-lainnya. Factor penyebab cidera  karena stadion bisa meliputi terhadap lemahnya sarana pendukung seperti atap stadion yang bocor, pagar penonton yang tidak terstruktur dengan baik, lapangan yang tidak rata, rumput lapangan yang tidak terawat, bangunan tribun stadion yang tidak kokoh dan lain lain, bila kekurangan/kelemahan ini tidak  teratasi maka factor cedera sangat rentan terjadi dan menimpa semua pelaku olahraga yang ada di dalamnya.
 b)    Gor
Gor (gedung Olahraga) merupakan bangunan/infrastruktur yang di fokuskan pada beberapa cabang olaharaga seperti bulu tangkis, bola volly, bola basket, catur, futsal serta cabang olahraga dalam ruangan lainnya. Penyebab cedera yang rentan terjadi oleh fasilitas Gor dapat berupa ruangan yang tidak memadai, tempat/tribun penonton yang tidak layak, lantai yang licin, kontruksi bangunan yang tidak kuat dan lainnya.
 c)   Kolam Renang
 Kolam renang ialah tempat berlangsungnya olahraga aquatic yakni cabang olahraga renang, polo air dan olahraga aquatic lainnya. Penyebab cedera pada kolam renang dapat berupa air yang kotor, tepi/bibir kolam yang berjamur, papan lompatan yang tidak kokoh, walaupun sepela namun bisa tidak di tanggulangi dengan baik maka cedera akan rentan terjadi.
d)     Track & fill
Track & fill sangat identik dengan cabang olahraga atletik, yakni lari, lompat, lempar. Penyebab cidera pada fasilitas ini berupa adanya gangguan terhadap lintasan yang kurang terawat atau rusak, bak lompat yang tidak rata bagi olahraga lompat jauh, lapangan yang becek.
 e)      Sirkuit
Jenis fasilitas ini sangat berperan bagi cabang olahraga jenis balapan, moto grand prix(Moto GP), formula 1, dan jenis balapan lainnya. Faktor penyebab cidera karena sirkuit yang mengganggu baik bagi atlit maupun admin serta penonton yaitu jalan yang licin dan sempit, tribun penonton yang sempit, pagar pengaman jalan yang tidak layak.
  f)       Gynmasiun
Gymnasium merupakan tempat berlangsungnya kegiatan senam, fitness dan olahraga pengembang organ tubuh lainnya. Factor penyebab cidera karena fasilitas gymnasium berupa alat fittnes yang kurang memadai, bangunan yang tidak kokoh, tidak adanya tulisan pemberitahuan tentang tata cara factor keamanan pendukung lainnya.
 g)      Hall
Hall adalah bangunan/infrastruktur yang di fakoskan untuk beberapa cabang olahraga seperti olahraga bela diri, catur, serta cabang olahraga indoor lainnya. Factor penyebab cedera olehnya berupa atap/ tiang bangunan yang tidak kokok yang di khawatirkan rentan cedera terhadap semua pihak, ruangan yang sempit, tribun penonton yang tidak layak. 
 h)      Arena
Pusat kegiatan olahraga yang berlangsung di arena berupa cabang olahraga pacuan kuda dan lainnya. Penyebab cedera karenanya berupa lintasan pacuan kuda yang tidak baik, pagar penonton yang tidak baik, benda asing yang mengganggu lancarnya kegiatan.
i)        Ring.
Ring adalah arena tempat pertandinganbela diri seperti cabang olahraga tinju,muaythai didirikan di atas panggung (setinggi ± 1,5 m). Pada tinju era modern ini, ring berbentuk segi empat sama sisi, dan dibatasi oleh tali berjumlah empat pada setiap sisi. Di dalam ring ada empat sudut. Sudut berwarna merah dan biru untuk kubu para petinju, sedang sudut berwarna putih (atau sudut netral) untuk wasit atau dokter ring yang bertugas atau beristirahat pada masa jeda. Factor cedera oleh karenanya berupa tali ring yang tidak kuat, besi penyangga tali ring yang anjlok, raing yang tidak kokoh serta bangunan/ tribun penonyon yang tidak baik.
 j)    Wall Climbing
Fasilitas ini ialah tempat berlangsunngnya olahraga panjat tebing, factor cedera karena nya berupa wall/dinding yang rapuh, grip yang tidak kokoh, konstruksi bangunan yang tidak kokoh, dan factor lainnya yang mengaganggu kelancaran aktivitas wall climbing.
k)    Ski es
Ski es ialah fasilitas untuk olahraga untuk hoki, factor cedera  karena fasilitas ini yang rentan terjadi adalah mencairnya es, pagar pengaman yang kurang kuat serta benda asing lainya.
l)     Gunung salju
Merupakan lintasan gunung yang bersalju yang dibiasanya di gelar kejuaraan balapan, sky, dan lainnya. Penyebab cidera karenanya dapat berupa lintasan yang tidak teratur, pohon tumbang, binatang buas, dan lainnya.
2)    Danau.
Fasilitas olahraga air yang biasanya di laksanakan kejuaraan olahraga seperti dayung. Factor cidera yang kerap terjadi ialah karena sampah, bintang buas, tanaman air liar lainnya yang dapat mengganggu kelancaran aktivitas lainnya.
3)      Laut.
Olahraga yang terdapat di laut biasanya erat kaitannya dengan kejuaraan balapan boat, selancar angin dan lainnya. Penyebab cidera karenannya dapat berupa ombak yang besar, jarring ikan nelayan, perahu nelayan dan cuaca ekstrem lainnya.
 4)      Udara.
Cabang olahraga yang menggunkan udara biasanya ialah terjun payung, layangan balon udara, dan lainnya. Fasktor penyebab cidera karena ialah karena badai, tali layangan mainan, burung liar.  5)      Sungai.
Fasilitas sungai kerap di jadikan sebagai ajang kejuaraan arum jeuram. Factor penyebab cidera di sinipun sangat bervariasi di antaranya ialah karena sampah, pohon kayu yang tumbang, bintanang buas, batu besar yang tajam dan lainnya.
  B.   SARANA DAN PRASARANA PELINDUNG
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (pendidikan, usaha, pembangunan, proyek, dll). Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung.
Menurut Ketentuan Umum Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) No. 24 tahun 2007. Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Sarana pendidikan antara lain gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan yang termasuk prasarana antara lain seperti halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah dan lain-lain.
Secara Umum, sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi. (contohnya: sabit, cangkul, dll.)
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya produksi. (contohnya: lahan, jalan, parit, pabrik, tempat kerja, dll.) Misalnya, dalam bidang transportasi darat kita dapat menyebut mobil, motor, bis, taksi sebagai sarana transportasi karena digunakan secara langsung oleh orang. Sedangkan fasilitas pendukung seperti jalan, rambu-rambu, lampu lalu lintas dapat kita sebut sebagai prasarana.
Sarana pelindung adalah alat-alat yang digunakan saat berolahraga.Sarana pelindung yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhana seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan/pelindung kaki dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri, Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. 
Hal ini di hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari orang lain.Sarana pelindung adalah peralatan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga, yang akan menghindari terjadinya cedera, sarana pelindung yang harus diperhatikan untuk melindungi bagian tubuh adalah sebagai berikut :
1. Pelindung Mata ( Googles )
Pelindung mata (gog leus) biasa digunakan dalam olahraga voli pantai, menyelam, berenang dll. Kacamata renang digunakan untuk melindungi mata atlet saat berenang. Air kolam banyak mengandung klorin yang tidak baik untuk mata, kacamata renang juga dapat membantu meningkatkan posisi tubuh terhadap orientasi bawah air. Begitu juga dengan voli pantai melindungi mata dari pasir yang pastinya bisa dengan mudah masuk kemata.
2. Pelindung Hidung ( Nose Clip )
Pelindung hidung (nose clip) digunakan di dalam olahraga renang, pelindung ini dipakai untuk melindungi hidung agar air tidak masuk ke dalam hidung saat berada di dalam air.
3. Pelindung Telinga
- Ear Plug
Dalam olahraga berenang dan menyelam pelindung telinga (ear plug)  sangat berguna untuk mencegah air masuk ke dalam telinga, karena tentunya apabila seorang perenang ataupun penyelam kemasukan air di telinganya pasti akan sangat mengganggu aktivitasnya.
- Ear phone
Di dalam beraktivitas setiap pelaku olahraga akan sangat membutuhkan pelindung ini untuk melindungi telinga dari segala jenis benturan.

4. Pelindung Gigi ( Gum Shield )
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pelindung gigi yang kita sebut gum shield selalu di pakai dalam olahraga maupun aktivitas beladiri, kegunaannya untuk menghindari kerusakan pada gigi dari benturan seperti tendangan dan juga pukulan.
5. Pelindung Muka ( Masker )
Pelindung muka yang satu ini (masker) biasanya dipakai dalam banyak aktivitas maupun olahraga beladiri, juga pada permainan softball dll. Masker dalam softball berguna untuk melindungi wajah dari bola, dan dalam beladiri berguna untuk menahan benturan seperti tendangan dan pukulan yang memang akan mengganggu ataupun memberikan sedikit rasa pusing, sehingga dengan adanya pelindung ini maka sang pelaku aktivitas tidak akan terlalu merasakan sakitnya benturan, walaupun masuk tendangannya resikonya tidak terlalu bahaya.

6. Pelindung Kepala 
- Helm biasanya digunakan untuk melindungi kepala ketika terjatuh di dalam olahraga balap kuda, balap sepeda, balap motor serta balap mobil.
- Helmet biasanya digunakan untuk melindungi kepala dari benturan di dalam olahraga seperti anggar, juga softball, baseball, hockey, dan lainnya.
- Head Guard biasanya digunakan untuk melindungi kepala dari benturan seperti tendangan dan pukulan di dalam olahraga beladiri seperti taek won do, boxing, dan juga tarung derajat.

Head guard ini berfungsi untuk meredam kekuatan tendangan lawan yang mengenai kepala, sehingga alat ini sangat penting sekali digunakan pada setiap pertandingan beladiri, dalam motor gp, mobil balap, dan balap sepeda helm, helmet sangat berguna apabila terjatuh dan terkena benturan tidak terlalu berbahaya karena sudah terlindungi helm dan helmet.

7. Pelindung Leher ( Neck Guard )
Dalam olahraga, pelindung yang kita kenal neck guard ini digunakan  pada olahraga yang memiliki risiko tinggi cedera leher dan kepala ataupun cedera lecut (whiplash injury), misalnya pada olahraga motocross, balap speed-boat, dan balap go-kart.

8. Pelindung Tangan ( Gloves )
- Glove Pelindung tangan (glov) biasanya dipakai dalam olahraga motocross, softball, dan juga kebanyakan olahraga beladiri, seperti taekwondo, karate, dan juga tarung derajat, namun didalam tarung derajat juga dikenal sebagai hands box, dll. Dalam permaainam softball glop berguna untuk menangkap bola (menahan bola), dalam beladiri glop berguna untuk menahan tendangan dan pukulaan,dan juga untuk memukul lawan.
- Elbow Remora juga sering dipakai di dalam olahraga beladiri untuk melindungi siku dari benturan tendangan dan juga pukulan. 
- Fingertape biasanya digunakan untuk menghindari cedera pada jari yang sering dipakai kiper pada pertandingan sepak bola, voly, dan juga atletik.


9. Pelindung Lengan ( Arm guard )
Arm guard dipakai dalam olahraga beladiri dan juga lainnya, arms guard ini berfungsi untuk melindungi tulang hasta kita dari benturan yang mengarah pada bagian ini, sehingga resiko patah tulang bisa dapat dikurangi. pelindung ini juga sering digunakan di dunia panahan menghindari dari gesekan string.

10. Pelindung Badan ( Body Protector )
Body protector/hugo umumnya dipakai dalam semua cabang olahraga beladiri, alat ini berfungsi untuk melindungi bagian badan kita karena bagian ini merupakan target yang sering disasar pada waktu pertandingan menggunakan tendangan, pukulan, sikutan, lututan, bahkan kuncian mematikan.
11. Pelindung Alat Kelamin ( Genital Protector )
Genital protector sering digunakan dalam olahraga beladiri, untuk melindungi alat kelamin baik laki-laki maupun wanita. Biasa sering terjadi pada saat menendang,tendangan lawan sasarannya tidak pas dan mengenai alat kelamin, dengan adanya genital protector cedera yang dialami tidak terlalu berbahaya.


12.  Pelindung Paha / Tungkai ( Leg Guard )
Leg guard dipakai dalam olahraga beladiri dan juga olahraga lainnya, Alat ini berfungsi untuk melindungi tulang kering kaki kita dari benturan yang mengarah pada bagian ini, sehingga resiko patah tulang bisa dapat dikurangi.

13.  Pelindung Lutut ( knee Pads )
Knee pads biasanya dipakai oleh kipper sepakbola dan futsal, bola voli dll. Knee pads berguna untuk melindungi lutut dari benturan-benturan ataupun gesekan terhadap lapangan bola kaki, bola voli dan lantai lapangan futsal.
14.  Pelindung Tulang Kering ( Decker )
Skin decker biasanya dipakai oleh pemain sepakbola dan futsal, berguna untuk melindungi tulang kering dari berbagai benturan apalagi benturan sesama tulang akan sangat memberikan rasa sakit kepada pemain saat bertanding.
15.  Pelindung Kaki ( foot Guard )
Hampir semua cabang olahraga memakai pelindung kaki (sepatu/foot guard), seperti atletik, sepakbola, bola voli, beladiri, dan lain sebagainya. Berguna untuk melindungi kaki.
Kebugaran jasmani menurut organisasi kesehatan di seluruh dunia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

Sehat – adalah fisik dan mental tubuh terbebas dari segala penyakit.
Bugar – adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari secara maksimal, dan masih mempunyai cadangan energi tanpa mengalami kelelahan yag berlebihan.

Penggambaran tingkat kesehatan sesorang tidak hanya menjadi fungsi dari kebugaran jasmani, namun kebugaran jasmani juga memiliki fungsi untuk mengukur seseorang untuk melakukan kegiatan setiap harinya. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam kebugaran jasmani, yaitu:
Fisik – memiliki hubungan dengan otot, tulang, dan bagian lemak.
Fungsi Organ – memiliki hubungan dengan keefektifan kerja sistem jantung, pembuluh darah dan paru-paru atau sistem pernafasan.
Respon Otot – memiliki hubungan dengan kecepatan, kelenturan, kelemahan, dan kekuatan otot.
Kebugaran jasmani yang dibutuhkan oleh setiap orang tentu berbeda-beda. Hal ini dikarenakan aktivitas semua orang tidak sama maka kebugaran jasmani akan bergantung pada sifat tantangan fisik yang dihadapi. Ada beberapa komponen penyusun dari kebugaran jasmani yang perlu Anda ketahui.  

10 KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI 

1. Kekuatan (Streght)
Kekuatan adalah kemampuan  otot ketika digunakan untuk menerima beban sewaktu melakukan aktivitas atau melakukan kerja. Kekuatan otot , baik otot lengan ataupun otot kaki, dapat diperoleh dari latihan yang kontinyu dengan beban berat dan frekuensi sedikit. Latihan angkat beban dapat digunakan untuk melatih kekuatan otot lengan. Jika beban yang Anda gunakan tersebut hanya dapat diangkat 8-12 kali saja. Berikut adalah contoh latihan dari latihan untuk meningkatkan kekuatan atau latihan strength:
·         Squat jump – latihan ini dapat menambah kekuatan otot tungkai dan otot perut Anda.
·         Push up – latihan ini dapat menambah kekuatan otot lengan.
·         Sit up – selain dapat mengecilkan perut, latihan ini juga dapat membuat otot perut Anda menjadi semakin kuat.
·         Angkat beban – latihan ini digunakan untuk melatih kekuatan otot lengan. Lakukan latihan tersebut dengan frekuensi sedikit saja.
·         Back up – sama halnya seperti sit up, back up dapat membantu meningkatkan kekuatan otot perut Anda.

2. Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sistem jantung, paru-paru atau sistem pernapasan, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus dan tidak pernah berhenti. Berkebalikan dengan latihan kekuatan, daya tahan dapat dilatih dengan beban yang tidak terlalu berat, namun dengan frekuensi yang lama dan dalam durasi waktu yang lama pula.
Contoh latihan untuk kebugaran jasmani bagian daya tahan antara lain adalah lari minimal 2 km, lari minimal 12 menit, lari multistage, angkat beban dengan berat yang ringan namun pengulangan dan jumlahnya diperbanyak serta lari naik turun bukit atau tanjakan dan turunan.

3. Daya Otot (Muscular Power)
Pengertian dari daya otot adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan kekuatan maksimum yang dikeluarkan dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, hal ini dapat juga dihubungkan dengan sistem anaerobik dalam proses pemenuhan sebuah energi. Daya otot dapat juga disebut daya ledak otot atau dalam bahasaIinggrisnya adalah explosive power.
Latihan yang dapat menambah daya otot contohnya antara lain adalah:
·         vertical jump atau gerakan meloncat ke atas, dapat melatih daya ledak otot tungkai.
·         front jump atau gerakan meloncat ke depan, dapat juga melatih daya ledak otot tungkai.
·         side jump atau gerakan meloncat ke samping, melatih explosive power dari otot tungkai.

4. Kecepatan (Speed)
Kecepatan atau biasa juga disebut speed  merupakan kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan secara kontinyu atau terus menerus dalam bentuk yang sama dengan waktu yang pendek atau relatif singkat. Kecepatan sangat dibutuhkan dalam olahraga lari pendek 100 meter dan lari pendek 200 meter.

5. Daya Lentur (Flexibility)
Daya lentur atau sering disebut dengan flexibility adalah tingkat penyesuaian  seseorang pada segala aktifitas kerja secara efektif dan efisiens dengan cara penguluran tubuh yang baik. Jika seseorang memiliki kelenturan yang baik, maka orang tersebut akan dapat terhindar dari cidera. Cidera bukan hanya dialami oleh seseorang yang berolahraga saja, tetapi juga dapat terjadi pada semua orang yang melakukan aktivitas fisik secara tiba-tiba. Misalnya saja mengambil gelas yang akan jatuh, jika orang itu lentur maka kecepatan dan ketepatan mengambil gelas tersebut tidak akan menimbulkan cidera. Contoh latihan atau olahraga untuk meningkatkan daya lentur antara lain adalah yoga, senam dan renang.

6. Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang merubah posisi pada area tertentu. Misalnya saja bergerak dari depan ke belakang lalu kembali ke depan, selain itu dari kiri ke kanan atau dari samping ke depan, hingga dari kiri ke tengah kemudian ke depan dan sebagainya. Olahraga yang sangat mengandalkan kelincahan adalah olahraga bulu tangkis. Atlet bulutangkis dituntut untuk dapat mengambil shuttlecock di manapun yang lawan arahkan asal masih masuk dalam garis lapangan. Sehingga atlet bulutangkis selain  dituntut untuk memiliki teknik yang baik, kelincahan juga merupakan salah satu faktor yang paling penting.
7. Koordinasi (Coordination)
Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda dan mampu mengkoordinasikan seluruh bagian tubuh dengan baik.Contoh latihan dari komponen kebugaran jasmani bagian koordinasi adalah memantulkan bola tenis ke tembok dengan tangan kanan kemudian menangkapnya lagi dengan tangan kiri begitu juga sebaliknya.
8. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan tubuh sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan dapat dimunculkan dengan baik dan benar. Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang sangan mengandalkan balance atau keseimbangan ini. Contoh latihan untuk meningkatkan keseimbangan antrala lain adalah berjalan di atas balok kayu selebar 10 cm yang memiliki ukuran panjang 10 meter, berdiri dengan satu kaki jinjit atau juga dengan sikap lilin.

9. Ketepatan (Accuracy)
Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas tubuh  terhadap suatu sasaran. Beberapa contoh olahraga yang membutuhkan keakuratan ini adalah memanah, bowling, sepak bola dan basket. Sepak bola membutuhkan ketepatan ketika menendang bola ke gawang lawan, begitu pun dengan bowling dan memanah yang memiliki target sasaran. Sedangkan bola basket membutuhkan ketepatan ketika memasukkan bola ke ring lawan. Contoh latihan untuk meningkatkan ketepatan antara lain adalah:
·         melempar bola tenis ke tembok, sebelumnya tembok telah diberi sasaran atau diberi tanda terlebih dahulu.
·         untuk lebih spesifik, langsung saja melatih ketepatan dengan memasukkan bola ke ring lawan untuk olahraga bola basket.
·         untuk sepak bola dengan latihan menendang bola ke gawang yang dijaga oleh seorang penjaga gawang agar keakuratan lebih dapat diperhitungkan dan memiliki tantangan.
10. Reaksi (Reaction)
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak  dan menanggapi rangsangan yang ditangkap oleh  indera. Salah satu latihan yang dapat meningkatkan reaksi adalah olahraga tangkap bola.

Kebugaran jasmani merupakan kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap aktivitas tanpa merasa lelah.
Menurut Agus Mukhlolid, M.Pd (2004 : 3) kebugaran jasmani adalah kemampuan dan kesanggupan untuk melakukan aktivitas atau kerja, mempertinggi daya kerja dengan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kesanggupan tubuh seseorang dalam melakukan aktivitas baik ringan maupun berat tanpa adanya rasa lelah.
10 komponen kebugaran jasmani
1.      Daya tahan (Endurance)
Daya tahan merupakan kemampuan fisik seseorang dalam bertahan disaat melakukan aktivitas yang melibatkan jantung paru dan organ tubuh dalam jangka waktu tertentu. Menurut Suharno (1985: 23) daya tahan adalah kemampuan organisme seseorang untuk melawan kelelahan yang timbul saat menjalankan aktivitas dalam waktu yang lama. Jika seseorang mampu menggerakkan sekelompok otot tertentu secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan jantung, peredaran darah dan pernafasan yang baik. Makin tinggi tingkat daya tahan seseorang makin tinggi pula kesegaran jasmaninya. Pada  olahraga sepakbola daya tahan ini diperlukan untuk mempertahankan kondisi tubuh secara fisik agar mampu melaksanakan permainan dalam waktu yang lama dan Sumintarsih: 2007: 28). Kebugaran jasmani juga berarti kapasitas seseorang untuk dapat menyesuaikan diri terhadap latihan melelahkan dan segera dapat pulih dari kelelahan tersebut.
Penyebab terjadiya cedera pada daya tahan contohnya pada atlit angkat bebab apabila pada saat mengangkat barbell daya tahan ototnya tidak kuat otomatis dia akan mengalami cedera karena barbelnya angkah mengenai tubuh.                                                                                                
2.      Kekuatan (Streght)
Kekuatan merupakan kemampuan tubuh seseorang mengerahkan tenaganya uuntuuk menahan suatu beban.
Menurut Friedhrich (1969) mengemukakan bahwa kekuatan dalah kemampuan dari
suatu otot untuk bekerja menahan beban secara maksimal.
Penyebab terjadinya cedera pada kekuatan yaitu cedera otot dann lengan disaat melakukan push-up karena otot tangan tidak kuat menahan beban badan dan kaki.
3.      Kecepatan (speed)
Kecepatan merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan – gerakan yang sejenis secara berturut – turut dalam waktu yang sesingkat – singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.
Menurut (Mochamad Sajoto 1988: 21) kecepatan adalah komponen fisik yang mendasar, sehingga kecepatan merupakan faktor penentu di dalam cabang olahraga seperti nomer-nomer lari jarak pendek, renang, olahraga beladiri dan olah raga permainan.
Penyebab cedera pada kecepatan adalah tidak bisa mengontrol percepatan kaki disaat menggiring bola yang bisa menyebabkan tabrakan dengan kawannya sendiri.

4.      Kelentukan (fleksibility)
Kelentukan merupakan kemampuan tubuh seseorang dalam melakukan gerakan sendi yang ditentukan oleh elastisnya otot, tendon, dan ligament.
            Menurut Mochamad Sajoto (1988: 58), kelentukan atau flekxibilityadalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala aktiviitas tubuh dalam penguluran seluas-luasya, terutama otot, ligamen-ligamen disekitar persendian.
Terjadinya cedera pada kelentukan yaitu disaat melakukan roll tanpa tangan diatas box apabila tidak dilenturkan aka terjadi cedera bahu, leher, dan kepala itu diakibatkan kerena peregangan yang tidak efektif.
5.      Daya ledak (power)
Daya ledak merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya.
Menurut Harsono (1988: 24) power adalah produk dari kekuatan dan kecepatan. Power adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005: 117) power adalah hasil kali antara kekuatan dan kecepatan. Artinya bahwa latihan kekuatan dan kecepatan sudah dilatihkan terlebih dahulu, walaupun dalam setiap latihan kekuatan dan kecepatan sudah ada unsur latihan power.
Terjadinya cedera pada daya ledak adalah paada saat melakukan gerakan lontar martil yang dimana mengeluarkan tenaga nnya untuk melakukan putaran tersebut seperti disaat memutar dann apabila kekuatan tanngann nya kurang otomatis genggaman nya terlepas dan terjadi cedera baik dirinnya maupun penonton
6.      Kelincahan (Agility)
Kelincahan merupakan kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.
            Kelincahan berasal dari kata lincah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993 : 525) lincah berarti selalubergerak, tidak dapat diam, tidak tenang, tidak tetap. Sedangkan menurut Harsono (1993 : 14) orang yang lincah adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Dan menurut Suharno HP(1983 : 28) mendefinisikan kelincahan adalah kemampuan dari seseorang untuk merubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Cedera pada kelincahan adalah dalam bermainn sepak bola kelincahan kaki dalam memainkan teknik yang dimana apabila tidak sesuai akan terjadi cedera seperti pada saat menggelinding bola.
7.      Ketepatan (accuracy)
Ketepatan atau biasa disebut dengan accuracy  merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengubah gerakan secepat-cepatnya sesuai dengan target atau mengarahkan gerakan ke suatu sasaran sesuai dengan tujuannya.
Ketepatan menurut Dwiyogo dan Sulistyorini (1991:33) adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuan. Cara mengembangkan ketepatan ialah dengan mengulang-ulang gerakan dengan frekuensi yang banyak, mempercepat gerakan, dan menjauhkan atau mempersempit gerakan.
Ketepatan diperlukan pada semua cabang olahraga, yang fokusnya lebih kepada cabang petanque, panahan, menembak dll. Saat melakukan ketepatan atlet harus berfokus dan berkonsentrasi pada suatu titik sasaran, apabila pada saat pertandingan kondisi atlet sedang kurang sehat maka saat dia berfokus dan berkonsentrasi pada titik sasaran yang dituju, atlet akan mengalami kelelahan otak yang menyebabkan dia akan pingsan karena melemahnya sel-sel saraf dan daya tahan tubuh.

8.      Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh dalam mempertahankan dan mengendalikan organ- organ syaraf sehingga dapat mempertahankan gerakan tersebut dengan baik.
Menurut Barrow ddan Mcgee; 1979 yang menjelaskan bahwa Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan system neuromuscular kita dalam kondisi statis atau mengontrol system neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efesien selagi kita bergerak. 
Terjadi cedara pada keseimbangan adalah gerakan copstand dalam senam lantai apabila tidak ada keseimbangan otomatis akan terjadi cedera pada kepala, tangan dan leher karena terjatuh

9.      Koordinasi (Coordination)
Koordinasi merupakan perpaduuan yang dilakukan dalam gerakan tanpa adanya ketegangan dengan urutan yang benar sehingga menghasilkan sebah gerakan yang bagus. Menurut Broer dan Zarnike ; 1979 Koordinasi adalah kemampuan untuk meng-kombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan, dengan urutan yang benar, dan melakukan gerakan yang kopleks secara mulus tanpa pengeluaran energy yang berlebihan. Dengan demikan hasilnya adalah gerakan yang efisien, halus, mulus (smooth), dan terkordinasi dengan baik.
Terjadi cedera koordinasi karena pada saat melakukan copstand dalam waktu yang sama pun harus melakukan kayang apabila saat medarat tidak adanya keseimbangan dalam mengkoordinasi akan terjadi cedera pada kepala pinggan bahu daan kaki.

10.  Kecepatan reaksi
Kecepatan reaksi merupakan gerakan yang dilakukan tubuh untuk menjawab secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu respons atau peristiwa dalam satuan waktu.
Kecepatan reaksi dikemukakan oleh Claude Bouchard yang dalam terjemahan oleh Moeh. Soebroto bahwa : kecepatan reaksi adalah kualitas yang memungkinkan memulai suatu jawaban kinetis secepat mungkin setelah menerima suatu rangsang7. Kecepatan reaksi merupakan kualitas yang sangat spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan keanekaragaman manifestasi tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 tingkatan :
Pada tingkat rangsang, dalam suatu persepsi tanda bersifat penglihatan, pendengaran dan perubahan.
Pada tingkat pengambilan keputusan, kerap kali perlu dipilih perpektif dalam kepenuhan aneka ragam tanda agar hanya mereaksi pada rangsang yang tepat.
Pada tingkat pengorganisasian reaksi kinetis, diskriminasi atau pilihan perpektif biasanya disertai perlunya penetapan pilihan diantara berbagai respons kinetis yang dibuat setelah itu.
Penyebab cedera dalam kecepatan reaksi dimana pada saat seseorang melakukan smash apabila kita tidak ada kecepata reaksi otomatis akan terjadi cedera pada muka kerena terkena bola. 

FAKTOR PSIKOLOGI PADA CIDERA ATLET
A.    
Faktor-Faktor Penyebab Cedera

OLAHRAGAbaik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental (Leddy, Lambert, & Ogles, 1994). Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah kesehatan dapat pula menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh antara lain berupa cedera olahraga. Adapun penyebab cedera tersebut sangat bermacam-macam baik dari faktor fisik maupun psikis atlet.
 1. Faktor Fisik
Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kesalahan metode latihan, kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan    
penyokong dan otot (Bahr et al. 2003). Kesalahan Metode Latihan juga mempengaruhi cidera. Metode latihan yang salah merupakan penyebab paling     
sering cedera pada otot dan sendi.
 Beberapa hal yang sering terjadi adalah :
 a. Tidak dilaksanakannya pemanasan dan pendinginan yang memadai sehingga latihan fisik yang terjadi secara fisiologis tidak dapat diadaptasi oleh tubuh.
 b. Penggunakan intensitas, frekuensi, durasi dan jenis latihan yang tidak sesuai dengan keadaan fisik seseorang maupun kaidah kesehatan secara umum.
 c.  Prinsip latihan overload sering diterjemahkan sebagai latihan yang didasarkan   pada prinsip “no gain no pain” serta frekuensi latihan yang sangat tinggi. Hal ini tidak tepat mengingat rasa nyeri merupakan sinyal adanya cedera dalam tubuh baik berupa micro injury maupun macro injury. Pada keadaan ini tubuh tidak memiliki waktu untuk
memperbaiki jaringan yang rusak tersebut (Stevenson et al. 2000). Kelainan struktural bisa meningkatkan kepekaan seseorang terhadap cedera olah raga karena pada keadaan ini terjadi tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu.Sebagai contoh, jika panjang kedua tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar. Faktor biomekanika yang menyebabkan cedera kaki, tungkai dan pinggul adalah pada saat pronasi (pemutaran kaki ke dalam setelah menyentuh tanah). Pronasi sampai derajat tertentu adalah normal dan mencegah cedera dengan cara membantu menyalurkan kekuatan menghentak ke seluruh kaki. Pronasi yang berlebihan bisa menyebabkan nyeri pada kaki, lutut dan tungkai. Pergelangan kaki sangat lentur sehingga ketika berjalan atau berlari, lengkung kaki menyentuh tanah dan kaki menjadi rata. Jika seseorang memiliki pergelangan kaki yang kaku, maka akan terjadi hal sebaliknya yaitu pronasi yang kurang. Kaki tampak memiliki lengkung yang sangat tinggi dan tidak dapat menahan goncangan dengan baik, sehingga meningkatkan resiko terjadinya retakan kecil dalam tulang kaki dan tungkai (fraktur karena tekanan) (Gleim et al. 1997).  Kelemahan Otot tendon  dan ligamen, jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka otot,tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi lebih peka terhadap cedera jika otot dan ligamen yang
menyokongnya lemah. Tulang yang rapuh karena osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktur). Latihan penguatan bisa membantu mencegah terjadinya cedera. Satu- satunya cara untuk memperkuat otot adalah berlatih melawan tahanan, yang secara bertahap kekuatannya ditambah (Meeuwisse 1994).

 2. Faktor Psikis
Faktor psikologis ternyata berpengaruh terhadap tingkat cedera yang diderita oleh atlet. hal ini terbukti telah diteliti oleh Rotela, dkk (Weinberg. R.S & Gould. D, 2007) bahwa faktor kepribadian, level stress dan beberapa sikap tertentu adalah penyebab terjadinya cidera. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
a.Faktor kepribadian
Faktor kepribadian adalah faktor yang pertama yang berhubungan dengan cidera atlet (Bianco, Malo, & Orlick, 2016). Para peneliti ingin memahami apakah konsep diri, pengaruh dari dalam maupun luar dan berpikir keras sangat berhubungan dengan cidera tersebut. Atlet yang mempunyai konsep diri yang rendah mudah terkena cidera dibandingkan dengan atlet yang  mempunyai konsep
diri tinggi. Penelitian terbaru menunjukan bahwa faktor pesonaliti seperti optimisme, percaya diri, ketabahan dan kecemasan berperan dalam cidera atlet.
b. Tingkat stress 
Telah diidentifikasi bahwa tingkat stres berperan penting dalam cidera atlet. Penelitian telah membuktikan hubungan antara tekanan hidup dan tingkat cidera. Pengukuran tingkat stres ini di fokuskan pada perubahan hidup, contohnya putus cinta, pindah ke kota baru, atau perubahan status ekonomi. Secara keseluruhan bukti-bukti menunjukan bahwa atlet dengan pengalaman tekanan hidup yang lebih tinggi lebih sering cidera dibandingkan atlet dengan tekanan hidup yang lebih rendah. Sebaiknya para instruktur profesional sebaiknya memahami perubahan ini, secara hati-hati memonitor dan memberikan pelatihan hidup secara psikologis. Penelitian juga telah mengidentifikasi stress muncul pada atlet ketika cidera dan ketika di rehabiitasi saat cidera. Contohnya
kurangnya perhatian dan terisolasi. Teknik managemen pelatihan stress tidak hanya menolong atlet dan instrutur untuk lebih efektif secara penampilan tetapi juga mungkin menghindari resiko mereka terkena cidera dan sakit.
B. Hubungan Stres dan cedera
 Ada dua teori yang akan menjelaskan hubungan antara stress dan cidera. 
1. Perhatian yang tergangu Satu hal yang pasti adalah bahwa stress akan mengangu perhatian seorang atlit dengan kurangnya perhatian akan sekelilingnya.
Contohnya seorang pemain quaterback dalam American football mengalami tekanan stress yang tinggi akan berkemungkinan cidera karena dia tidak melihat pemain bertahan lainnya berlari di depannya sehingga kemungkinan besar akan terjadi benturan dengan pemain belakang lawan. Ketika tingkatan stressnya lebih rendah, seorang quarterback akan mempunyai fokus perhatian akan lapangan
maupun musuh disekelilingnya sehingga dapat mengurangi benturan dari pemain bertahan lawan dan mengurangi resiko cidera.
 2. Ketegangan Otot Stress tingkat tinggi dapat timbul bersamaan dengan ketegangan otot yang bertentangan dengan kondisi normal dan meningkatkan peluang untuk cidera. Guru dan pelatih yang mempunyai seorang atlet yang kehidupannya mengalami perubahan (seorang siswa yang orang tuanya bercerai), sebaiknya sangat memperhatikan sikap atlit tersebut , jika menunjukan tanda-tanda ketegangan otot atau sulit untuk fokus ketika tampil, adalah hal yang bijak diberikan pelatihan stress.
3. Faktor psikologi lainnya yang merupakan penyebab cedera
Hal lain yang menyebabkan stress menurut ahli psikologi adalah beberapa sikap para pelatih, seperti “act tough and always give 110%” atau “jangan menerima apa adanya atau berusaha keras dan selalu memberikan 110%” jika
kamu cidera kamu tidak berharga, sikap-sikap ini juga sangat memungkinan menyebabkan atlet cidera.
 a.  Act Tough and give 110% Semboyan atau slogan seperti berusaha keras atau pulang, tidak sakit tidak ada penghargaan, pergi untuk bertempur adalah ucapan-ucapan pelatih untuk menyemangati. Para pelatih memaksa atlit-atlit mereka bekerja keras atau selalu mengambil resiko. Seharusnya kata-kata ini tidak ditekankan terlalu sering, sehingga atlet siap mengambil resiko, seperti menekel lawan dalam sepakbola sehingga terjadi cidera. 
b. Jika kamu cidera kamu tidak berharga Beberapa orang merasa tidak berharga ketika mereka terluka, sikap ini berkembang melalui beberapa hal. Pelatih boleh menyampaikan, menyadarkan bahwa kemenangan adalah lebih penting di bandingkan
kesejahteraan atlet. Ketika seorang pemain atau atlet cidera, tidak memberikan kontribusi untuk menang. Atlet yang cidera terkadang tetap bermain sehingga cideranya semakin parah.
C. Peran psikologi olahraga dalam cidera dan rehabilitasi
 Psikologi memfasilitasi proses pemulihan cidera, lebih mengunakan pendekatan holistik untuk penyembuhkan baik pikiran maupun fisik (Leddy et al., 1994). Memahami psikologi pemulihan cidera adalah sangat penting bagi semua yang terlibat dalam olahraga dan latihan.

1.Pemulihan Psikologi
 Peneliti melakukan wawancara, menilai sikap dan pandangan, stress dan control stress, dukungan sosial, positif self-talk (kata hati), imajinasi penyembuhan, penetapan tujuan dan keyakinan. Mereka menemukan bahwa atlet yang mempunyai positive self talk yang tinggi akan mengalami penyembuhan yang lebih cepat dibanding dengan atlet yang mempunyai self talk positive yang rendah. Selain itu faktor yang penting dalam proses
rehabilitasi adalah emosi dan motivasi atlet selama masa rehabilitasi. Atlet yang mempunyai emosi yang baik dalam hal ini mematuhi peraturan medis selama proses penyembuhan akan dapat mempercepat proses penyembuhan, motivasi atlet selama proses rehabilitasi juga mempengaruhi keberhasilan pemulihan.  Pendekatan holistic adalah yang merupakan pendekatan yang sangat disarankan oleh ahli psikologi untuk pemulihan cidera atlet. Berikut langkah-langkah proses penyembuhan dan pemulihan secara psikologi:
 a) Tahap cidera Membantu atlet menghadapi pergolakan emosi pada saat cidera.
b) Tahap rehabilitasi dan pemulihan Membantu atlet mempertahankan motivasi dan kepatuhan terhadap aturan rehabilitasi
 c) Tahap kembali ke aktifitas penuh Kesembuhan penuh tidaklah lengkap sampai atlet kembali ke
keadaan normal dalam olahraganya.
 Di awal cidera atau fase penyakit, yang harus dilakukan adalah fokus pada membantu menangani pergolakan emosi atlet yang cidera. Atlet mengalami kondisi stress karena tidak memahami cidera atau kondisi cidera, sehingga dokter perlu memberi penjelasan kaitannya dengan seberapa parah cideranya. Tahap rehabilitasi dan pemulihan, pada tahapan ini atlet yang mengalami cidera dibantu dalam mempertahankan motivasi, dan aturan rehabilitasi. Penetapan tujuan dan mempertahankan sikap positif, terutama pada saat cidera atau kemunduran fisik. Tahap terakhir adalah kembali pada aktifitas penuh meskipun secara fisik atlet sudah sembuh, kesembuhan belum lengkap sampai dia kembali kondisi normal dalam berolahraga. Selain itu ada beberapa hal penting yang harus dipahami, memfasilitasi proses rehabilitasi, membangun hubungan dengan atlet yang cidera, mendidik atlet tentang proses dan pemulihan cidera,
mengajarkan ketrampilan psikologis, mempersiapkan atlet untuk mengatasi kemunduran, membina dukungan sosial, dan belajar atau mendorong atlet untuk belajar dari atlet lain yang cidera.

 2. Membangun hubungan dengan atlet cidera Ketika atlet cidera, mereka sering mengalami ketidakpercayaan atas cedera tersebut, frustasi, kemarahan, kebingungan, dan kerentanan. Emosi tersebut dapat menyulitkan bagi penolong untuk menjalin hubungan dengan atlet yang mengalami cidera. Dengan berempati dapat membantu memahami bagaimana perasaan orang yang cidera. Membangun hubungan, jangan terlalu memberi harapan dengan pemulihan cepat. Sebaiknya, bersikap positif dan melakukan pendekatan tim untuk pemulihan. Jadi perlunya kebersamaan dalam proses penyembuhan, sehingga atlet lebih termotivasi dan mempunyai pikiran positif. 
3. Mendidik atlet yang cidera tentang proses dan pemulihan cidera Atlet yang cidera atau pertama kali cidera, biasanya belum paham tentang apa yang terjadi pada dirinya. Memberikan pemahaman secara praktis dapat membantu atlet memahami cidera, misalkan atlet gulat yang mengalami cidera patah tulang, seorang pelatih memberi penjelasan dengan sebuah tongkat yang di patahkan menyerupai apa yang terjadi pada atlet. Secara tidak langsung atlet memahami apa yang terjadi atau kondisi pada dirinya sendiri. Selain itu perlu dijelaskan pada atlet yang cidera waktu kesembuhannya, misalkan dalam waktu 3 bulan sembuh atau pulih, tidak boleh di katakan atau di jelaskan dalam 1 bulan sembuh atau pulih, karena hal ini dapat berdampak pada sikap atlet dan dapat menyebabkan kemunduran pemulihan. 
4. Mengajar ketrampilan psikologis tertentu Ketrampilan psikologis sangat penting diajarkan kepada
altlet yang cedera  untuk rehabilitasi kaitannya dengan penetapan tujuan, positif self- talk, imagery/visualisasi dan pelatihan relaksasi. 
a) Penetapan tujuan dapat sangat berguna untuk rehabilitasi atlet yang cidera. Penetapan tujuan dapat mengurangi waktu pemulihan atlet yang cidera. Penetapan tujuan ini kaitanya dengan kapan atlet akan kembali ke kompetisi, berapa kali perminggu untuk terapi, bentuk latihan dan lama latihan. Motivasi yang berlebih dapat menyebabkan cidera selama masa terapi, karena aktifitasnya tidak sesuai aturan atau melebihi kemampuan atlet.
 b) Self-talk atau kata hati membantu mengatasi kepercayaan diri yang turun selama cidera. Atlet harus belajar menghilangkan pikiran negatif mereka, dan mengantinya dengan yang realistis dan positif. Misalkan saya tidak akan pernah menjadi baik, kata tersebut diganti menjadi aku
merasa kecewa hari ini, tapi aku masih dalam tahap rehabilitasi, aku hanya perlu bersabar dan aku akan kembali menjadi yang terbaik.
 c) Visualisasi berguna selama masa rehabilitasi. Pemain atau atlet yang cidera perlu mengimajinasikan diri mereka dalam kompetisi, atau kembali berkompetisi. Atau atlet yang cidera otot mengimajinasikan ototnya pulih dengan cepat. Hal ini dapat mempercepat proses rehabilitasi atlet tersebut. Jadi, mereka yang membantu dalam proses rehabilitasi cidera perlu mendorong atlet berimajinasi ketika mereka berpartisipasi dalam olahraga meraka. Pelatihan relaksasi dapat berguna untuk menghilangkan rasa sakit dan stress, yang biasanya menyertai pada saat cidera dan pemulihan cidera. Atlet juga dapat mengunakan teknik relaksasi untuk memudahkan tidur dan mengurangi ketegangan.
5. Mengajarkan bagaimana mengatasi kemunduran performa Rehabilitasi cidera bukan ilmu yang pasti. Setiap orang pulih pada tingkat yang berbeda, dan kemunduran adalah hal yang biasa. Jadi, orang atau atlet yang cidera perlu belajar mengatasi kemunduran. Memberikan informasi pada atlet selama tahapan rehabilitasi akan terjadi kemunduran, dan pada saat yang sama mendorong atlet untuk mempertahankan sikap positif. Kemunduran adalah normal dan tidak perlu panik, jadi tidak perlu berkecil hati. Dengan demikian sasaran rehabilitasi perlu untuk dievaluasi dan didefiniskan ulang secara berkala.   

6. Memupuk dukungan sosial Dukungan sosial sangat penting untuk atlet yang mengalami cidera. Dukungan sosial ini misalkan dukungan emosional dari teman-teman dan orang-orang terkasih, dukungan informasi dari pelatih, dalam bentuk
pernyataan seperti “anda berada di jalur yang benar”. Berikut petunjuk pemberian dukungan sosial:
 a) Dukungan sosial sebagai sumber daya yang memfasilitasi. Hal ini dapat mengurangi stres, meningkatkan mood, meningkatkan motivasi untuk rehabilitasi, dan meningkatkan kepatuhan pengobatan. Dengan demikian, upaya-upaya harus dilakukan untuk memberikan dukungan sosial kepada atlet yang cidera.
 b) Secara umum, atlet beralih ke pelatih dan medis untuk dukungan informasi dan keluarga serta teman untuk dukungan emosional.
 c) Jenis dukungan sosial yang dibutuhkan atlet bervariasi di setiap tahap rehabilitasi. Sebagai contoh di fase cidera, dukungan informasi sangat penting, sehingga atlet
jelas dan memahami cidera yang dialami. Pada tahap pemulihan diperlukan pelatih yang dapat membantu memotivasi dan mematuhi rencana rehabilitasi. Meskipun umumnya membantu, dukungan sosial dapat memiliki efek negatif terhadap atlet yang cidera. Hal ini terjadi dimana penyedia dukungan tidak memiliki hubungan yang baik dengan atlet, tidak memiliki kredibiltas di mata atlet, atau dukungan keterpaksaan dari atlet lain. Atlet melihat dukungan sosial bermanfaat ketika jenis dukungan sesuai dengan kebutuhan mereka dan penyampaian informasi yang baik bagi mereka.  
FAKTOR PRILAKU DAN LATIHAN- LATIHAN PROGRESIF
A.      Faktor prilaku akibat latihan progresif
Feforma atlet di lapangan sangat di pengaruhi oleh prilakunya sendiri, ada prilaku yang menguntungkan dan ada juga pilaku yang merugikan misalnya :
1.  Prilaku yang menguntungkan
Rasa ketekunan atlet untuk berlatih sehingga ia akan memperoleh keterampilan yang lebih baik, kematangan , semangat dalam pertandingan dan latihan, teliti serta cermat, berani, berhati-hati, mudah menerima, bijaksana/serius, tenang, percaya diri, terkontrol, cakap/pintar, teguh pendirian. Itu semua merupakan sikap yang dapat membawa dampak positif terhadap feforma atlet di lapangan.
2.   Prilaku yang merugikan
Sikap mudah tersinggung atau cepat emosi sehingga membuat atlet tidak terkontrol dalam melakukan apapun, rasa cepat bosan terutama dalan latihan, kurang cakap, sembrono/ceroboh, ragu-ragu, pemalu, lambat menerima, curiga/cemburu, bersifat kewanitaan, tidak terkendali, menyendiri, tidak tetap pendirian, serta penakut merupakan sikap yang  membuat prestasi atlet menurun.
Jadi setiap atlet harus mampu menghilangkan prilaku yang akan merugikan diri nya sendiri dan harus mampu menumbuhkan sikap ataunprilaku yang dapat menguntungkan dirinya dalam mencapai prestasi yang maksimal.
LATIHAN PROGRESIF
Latihan progresif  merupakan latihan-latihan yang menguntungkan pada saat dadakan. Perlu ditekankan prinsip-prinsip pemberian beban lebih yang bertahap dan prinsip spesifisitas dari latihan. Pemilihan metode yang tepat adalah meliputi efisiensi gerakan yang sesuai, efeKtifitas program latihan, termasuk FITT (frekwensi, Intensitas, Time, Tipe) yang adekuat. Gerakan yang salah harus dikoreksi dan dengan dasar gerakan yang baik.
Latihan yang baik adalah dengan adanya beban latihan, yang diperlukan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama.
Frekuensi latihan yaitu 3 sampai 5 hari setiap seminggu dengan intensitas 60% sampai 75% dari denyut jantung maksimal yang sebenarnya atau yang di perkirakan menurut umur kemudian tingkatkan hingga 70%-85%, tipe aktivitas  yang di lakukan seperti aerobik di mulai dari 5 sampai 15 menit  kemudian tingkat sampai 40-60 menit.
Prinsip-prinsip latihan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.    Prinsip pemanasan tubuh (warming-up principle)
Pemanasan tubuh penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan ialah untuk mempersiapkan fungsi organ tubuh guna menghadapi kegiatan yang lebih berat dalam hal ini adalah penyesuaian terhadap latihan inti.
2.  Prinsip beban lebih (overload principle)
Sistem faaliah dalam tubuh pada umumnya mampu untuk menyesuaikan diri dengan beban kerja dan tantangan-tantangan yang lebih berat. Selama beban kerja yang diterima masih berada dalam batas-batas kemampuan manusia untuk mengatasinya dan tidak terlalu berat sehingga menimbulkan kelelahan yang berlebihan, selama itu pulalah proses perkembangan fisik maupun mental manusia masih mungkin, tanpa merugikannya. Jadi beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis namun realistis yaitu sesuai dengan kemampuan atlet, serta harus dilakukan berulang kali dengan intensitas yang tinggi. Harsono (2004:9) menyatakan, “Beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah secara periodik dan progresif ditingkatkan.”

3.  Prinsip sistematis (systematic principle)
Latihan yang benar adalah latihan yang dimulai dari kegiatan yang mudah sampai kegiatan yang sulit, atau dari beban yang ringan sampai beban yang berat. Hal ini berkaitan dengan kesiapan fungsi faaliah tubuh yang membutuhkan penyesuaian terhadap beratnya beban yang diberikan dalam latihan. Dengan berlatih secara sistematis dan dilakukan berulang-ulang yang konstan, maka organisasi-organisasi sistem persyarafan dan fisiologis akan menjadi bertambah baik, gerakan yang semula sukar akan menjadi gerakan yang otomatis dan reflektif.

4.   Prinsip intensitas (intensity principle)
Perubahan-perubahan fungsi fisiologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlet dilatih melalui suatu program latihan yang intensif yang dilandaskan pada prinsip overload dimana secara progresif menambah beban kerja, jumlah pengulangan serta kadar intensitas dari pengulangan tersebut. Harsono (2004:11) menyatakan, “Intensitas yang kurang dari 60%-70% dari kemampuan maksimal atlet tidak akan terasa training effect-nya (dampak/manfaat latihannya).
5.  Prinsip pulih asal (recovery principle)
Harsono (2004:11) menyatakan, “Perkembangan atlet bergantung pada pemberian istirahat yang cukup seusai latihan agar regenerasi tubuh dan dampak latihan bisa dimaksimalkan.” Dalam hal ini atlet perlu mengembalikan kondisinya dari kelelahan akibat latihan melalui istirahat.
6.  Prinsip variasi latihan
Latihan dalam jangka waktu yang lama sering menimbulkan kejenuhan bagi atlet, apalagi program latihan yang dilaksanakan bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, latihan harus dilaksanakan melalui berbagai macam variasi sehingga beban latihan akan terasa ringan dan menggembirakan. Apalagi variasi latihan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Harsono (2004:11) menyatakan, “Untuk mencegah kebosanan berlatih, pelatih harus kreatif dan pandai menerapkan variasi-variasi dalam latihan.”
7.  Prinsip perkembangan multilateral
Harsono (2004:11) menyatakan, “Prinsip ini menganjurkan agar anak usia dini jangan terlalu cepat dispesialisasikan pada satu cabang olahraga tertentu.” Dalam hal ini sebaiknya anak diberikan kebebasan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas olahraga agar ia bisa mengembangkan dirinya secara multilateral baik dalam aspek fisik, mental maupun sosialnya.
8.  Prinsip individualisasi
Harsono (2004:9) menyatakan, “Agar latihan bisa menghasilkan yang terbaik, prinsip individualisasi harus senantiasa diterapkan dalam latihan.” Artinya beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan adaptasi, potensi, serta karakteristik spesifik dari atlet.
9.  Prinsip spesifik (specificity principle)
Prinsip ini mengisyaratkan bahwa latihan itu harus spesifik, yaitu benar-benar melatih apa yang harus dilatih. Harsono (2004:10) menyatakan, “Manfaat maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi manakala rangsangan tersebut mirip atau merupakan replikasi dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut.
Norma-Norma Pembebanan
Norma-norma pembebanan latihan meliputi volume, intensitas, interval dan densitas. Adapun pembahasan mengenai norma-norma pembebanan adalah sebagai berikut:
a.  Volume
Dalam suatu latihan biasanya berisi drill-drill atau bentuk-bentuk latihan. Isi latihan atau banyaknya tugas yang harus diselesaikan ini disebut volume latihan. Tentang hal ini oleh Chu (1989:13) dijelaskan, “Volume is the total work performed is single work at session or cycle”. Sedangkan mengenai pentingnya volume latihan oleh Bompa (1993:57) dikatakan, “As an athlete approaches the stage of high performance, the overall volume training becomes more important”. Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap latihan harus memperhatikan volume latihan selain dari intensitas latihannya.
b.  Intensitas
Intensitas latihan oleh Moeloek (1984:12) dijelaskan, “Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan”. Kemudian Chu (1989:13) menyatakan, “Intensity is effort involved in performing a given task”. Jadi intensitas latihan adalah besarnya beban latihan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Untuk mengetahui suatu intensitas latihan atau pekerjaan adalah dengan mengukur denyut jantungnya. Cara mengukur intensitas ini oleh Harsono (1988:115) dijelaskan, “Intensitas latihan dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya mengukur denyut jantung (heart rate)”. Selanjutnya Katch dan McArdle yang dikutip oleh Harsono (1988:116) menjelaskan:
1.    Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut jantung/nadi dengan rumus: denyut nadi maksimum (DNM) = 220 – umur (dalam tahun). Jadi seseorang yang berumur 20 tahun, DNM-nya = 220 – 20 = 200.
2. Takaran intensitas latihan
a. Untuk olahraga prestasi: antara 80%-90% dari DNM. Jadi bagi atlet yang berumur 20 tahun tersebut takaran intensitas yang harus dicapainya dalam latihan adalah 80%-90% dari 200 = 160 sampai dengan 180 denyut nadi/menit.
b.Untuk olahraga kesehatan: antara 70%-85% daari DNM. Jadi untuk orang yang berumur 40 tahun yang berolahraga menjaga kesehatan dan kondisi fisik, takaran intensitas latihannya sebaiknya adalah 70%-85% kali (220 – 40), sama dengan 126 s/d 153 denyut nadi/menit.
        Angka-angka 160 s/d 180 denyut nadi/menit dan 126 s/d 153 denyut nadi/menit menunjukan bahwa atlet yang berumur 20 tahun dan orang yang berumur 40 tahun tersebut berlatih dalam training sensitive zone, atau secara singkat biasanya disebut training zone.

3.  Lamanya berlatih di dalam training zone:
a.  Untuk olahraga prestasi: 45 – 120 menit
b.  Untuk olahraga kesehatan: 20 – 30 menit
c.   Interval
Masa pulih atau recovery dari setiap penyelesaian suatu tugas adalah hal yang perlu diperhatikan karena menyangkut kesiapan tubuh umumnya dan otot-otot khususnya untuk menerima beban tugas berikutnya. Mengenai masa pulih ini, Brittenham yang diterjemahkan oleh Soepadmo (1996:12) menjelaskan sebagai berikut:
Adaptasi fisik terjadi pada saat istirahat, karena pada waktu itu tubuh membangun persiapan untuk gerakan berikutnya. Maka istirahat yang cukup akan memberikan hasil yang maksimal.
Jika anda terlalu giat berlatih dan tidak memberikan kesempatan tubuh beristirahat diantara tiap sesi latihan, maka anda akan mengalami kelelahan atau bahkan kemunduran.
d.  Densitas
Densitas merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekerapan latihan dan merupakan frekuensi latihan yang dilakukan, diselingi waktu istirahat atau bisa disebut pula dengan kepadatan latihan, seperti 3 set  @ 25RM Squat = 75 kali, jadi kepadatannya adalah 75 kali Squat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan pada dasarnya mencakup prinsip spesifikasi, system energi, prinsip overload, dan prinsip pemanasan dan pendinginan. Prinsip spesifikasi berarti memiliki kekhususan sistem energi meliputi penggunaan energi, dan prinsip overload yang bekaitan dengan intensitas, frekuensi, dan durasi. Perlu diperhatikan pembuatan suatu program latihan haruslah berdasar pada prinsip-prinsip latihan agar program latihan berjalan sesuai dengan tujuan atau sasaran latihan tanpa mengalami overtraining.
B.  Faktor Perilaku Olahraga
Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Menurut Green , faktor perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu :
1.             Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi.
2.             Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya.
3.             Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.
Faktor yang mempengaruhi perilaku:
1. Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
a.   Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
c.  Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman
d.  Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.
e.  Intelegensia                                                      
adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan
f. Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya
2. Faktor Eksternal                                                                                                                               
a. Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
b. Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
c.  Kebudayaan
diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
d.  Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
e.  Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Faktor perilaku yang banyak terkait dengan kejadian hypertensi dapat disebutkan antara lain stres pekerjaan, kebiasaan merokok, dan kebiasaan berolah raga.
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi manusia. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan hipertensi berat. Sumber stres dalam pekerjaan (Stressor) meliputi beban kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, peran dalam pekerjaan yang tidak jelas, tanggung jawab yang tidak jelas, masalah dalam hubungan dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga.
Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan kerja shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya. Sisanya (16-18 jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu seseorang bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit dan kecelakaan kerja (Suma’mur, 1998).
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang panjang. Dalam suatu penelitian, stres yang muncul akibat mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu lingkungan yang bising, atau bahkan ketika sedang menyortir benda berdasarkan perbedaan ukuran, menyebabkan lonjakan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba (Beevers, 2002). Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi (Isselbacher, et al., 2000).
Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut (Smith, 1986). Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit, dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Akibatnya keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien.
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Arjatmo, 2001). Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada mereka yang tidak melakukan olahraga. Olahraga yang teratur dalam jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Seseorang yang rajin berolahraga memiliki risiko lebih rendah untuk menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Oleh karena itu, latihan fisik selama 30-45 menit sebanyak lebih dari tiga kali per minggu penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi (Cortas, 2008).

Komentar

Postingan Populer