PRINSIP PRINSIP PENCEGAHAN CEDERA      OLAHRAGA



Setiap atlet atau siapapun yang melakukan aktifitas olahraga pasti mendekatkan diri dengan resiko cidera. Memang sering terjadi cidera tersebut tidak terlalu membahayakan. Namun demikian ada beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian yang menjadi prinsip dari pencegahan cidera pada olahraga.


       1.      Keadaan fasilitas olahraga

Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala susuatu. usaha.
Fasilitas olahraga yang tidak memadai akan lebih mudah mengakibatkan cedera, maka fasilitas olahraga harus diperhatikan pada saat ingin melakukan aktifitas olahraga. Seperti :
  a.       Lapangan
  b.      Stadion
  c.       Hall
  d.      GOR
  e.        Gelenggang
  f.       Pelindung kepala : Helm, helmet, haed guard
  g.      Pelindung muka : Masker
  h.      Pelindung mata : Gogleus
  i.        Pelindung hidung : Nose Clip
  j.        Pelindung gigi : Gum shield
  k.      Pelindung leher : Neck guard
  l.        Pelindung tangan : Glop
  m.    Pelindung badan : Body profector
  n.      Pelindung paha / tungkai : Leg guard
  o.      Pelindung lutut : Knee Pads
  p.      Pelindung alat kelamin : Genital profector
  q.      Pelindung tulang kering : Skin decker
  r.        Pelindung kaki : Sepatu
  s.       Treack And Field
  t.        Udara
 u.      Sungai
 v.      Danau
 w.     Laut
 x.      Pantai
 y.      lapangan hijau



         2.      Penggunaan sarana pelindung dalam kegiatan olahraga.

Sarana pelindung adalah alat-alat yang digunakan saat berolahraga seperti proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus lainnya.
Sarana pelindung adalah peralatan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga, yang akan menghindari terjadinya cedera, sarana pelindung yang harus diperhatikan untuk melindungi bagian tubuh.


       3.      Pelaku harus memiliki kebugaran jasmani yang baik.

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fiisk yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.

Menurut Judith Rink dalam Mochamad Sajoto (1988: 43), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti, dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan.

Kondisi fisik adalah merupakan prinsip kunci dalam pencegahan cidera pada olahraga. Kondisi fisik yang baik akan mencegah terjadinya cidera pada waktu melakukan aktifitas olahraga.
Menurut Perry Howard (1997: 37-38) faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani adalah: umur, jenis kelamin, somatotipe, atau bentuk badan, keadaan kesehatan, gizi, berat badan, tidur atau istirahat, dan kegiatan jasmaniah.


         4.      Keadaan psikologis pelaku olahraga.
Seorang atlet olahraga harus memiliki mental bertanding yang baik. Mental bertanding yang baik menyangkut kepercayaan diri yang tinggi tetapi tidak sombong, tidak mudah cemas/grogi, tidak mudah marah/emosi tinggi dan sebagainya. Oleh karena itu pemantapan mental bertanding seorang atlet sangatlah penting untuk ditingkatkan, yaitu dengan cara diantaranya sebagai berikut :Melakukan pendekatan-pendekatan psikologis. Dimana lebih baik hal ini dapat kita lakukan pada seorang atlet sejak masa usia dini sehingga atlet memiliki bekal mental yang tangguh.




   Faktor-faktor ornag cedera akibat fiskologi
    a)      Stres dalam berolahraga
  Satu hal yang pasti adalah bahwa stress akan mengangu perhatian seorang atlit dengan kurangnya perhatian dari sekelilingnya.contohnya seseorng yang bertanding jika tidak ada yang mendukung dia saat bertandinng seseorang atlit itu akan merasa stres karena disekelilingnya tidak ada yang memberi ia semangat atau motivasi yang lebih dari penonton.

   b)      Emosioanal
  Reaksi pertama atlet yang mengalami cidera digambarkan seperti akan menghadapi kematian. Setelah itu megalami reaksi kesedihan yang ditandai dengan lima tahapan kesedihan: Penolakan,Kemarahan,Untung atau tidak (menawar),depresi dan menerima dan menyusun lagi.

     c)      Mental
            Jika kemampuan atlet menurun karena faktor kesalahan teknik gerakan, maka persepsi sang atlet terhadap kemampuan dirinya juga akan berkurang. Jika masalah kesalahan gerak ini tidak segera teridentifikasi dan tidak segera diperbaiki, maka kesalahan gerak ini akan menetap. Akibatnya, kemampuan atlet tidak meningkat, sehingga atlet menjadi kecewa dan lama kelamaan bisa menjadi frustrasi bahkan memiliki pikiran dan sikap negative terhadap prestasi olahraganya.

        d)     Trauma olahraga
            Seseorang akan takut melakukan olahraga karena ia pernah mengalami patah tulang atau terluka parah faktor yang mempengaruhi trauma.
      1. Faktor individu /perorangan
   2. Sarana olahraga
      3. Jenis olahraga
      4.  Lingkungan

   e)      Kurang percaya diri
Seorang atlit jika dalam suatu pertandingan kurang percaya diri akan menagkibatkan cedera.contohnya seornng atlit lompat jauh jika  ragu-ragu melopat maka ia akan cedera pada ssat melakukan lompatan tersebut.


      5.      Latihan – latihan yang progresif

Latihan progresip  merupakan latihan-latihan yang menguntungkan pada saat dadakan. perlu ditekankan prinsip-prinsip pemberian beban lebih yang bertahap dan prinsip spesifesitas dari latihan. Pemilihan metode yang tepat adalah meliputi efisiensi gerakan yang sesuai, efketifitas program latihan, termasuk FITT (frekwensi, Intensitas, Time, Tipe) yang adekuat. Gerakan yang salah harus dikoreksi dan dengan dasar gerakan yang baik.



      6.      Prilaku dalam kegiatan olahraga
Perilaku yang tidak sportif menimbulkan respon yang sama atau lebih jelek lagi.Kekuatan dan oleh karena itu juga cedera yang sama seringkali diderita baik oleh pelaku maupun oleh calon korbannya. Sebagai contoh niat untuk menendang kaki lawan dalam permainan sepak bola malahan kaki kita yang kesakitan karena sudah ada unsur yang tidak baik dalam dirinya

      7.      Latihan Pemanasan (warming up)
Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera. Metode pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.

Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.


       8.      Latihan Pendinginan (cooling down)
Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan. Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.

Komentar

Postingan Populer